JURNAL 3 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 1
JURNAL PRAKTIKUM
“PEMURNIAN ZAT“
DI SUSUN OLEH :
VALEN DWI PUTRI
(A1C118050)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
VALEN DWI PUTRI
(A1C118050)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
I. Judul : Pemurnian Zat
II. Hari/Tanggal
Praktikum : Rabu/
26 Februari 2020
III. Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari
dilakukannya praktikum ini adalah :
1. Dapat
melakukan kristalisasi dengan baik
2. Dapat
memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi
3. Dapat
menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
4. Dapat
memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi
IV. Landasan Teori
Teknik memurnikan zat padat dari
suatu campuran atau dari zat pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali
atau mengubah bentuknya kedalam bentuk padatan kembali setelah dilarutkan
kedalam pelarut yang sesuai dengan zat diisebut rekristalisasi. Tujuan proses
kristalisasi yaitu dapat memperlihatkan perbedaan dari daya larut yang cukup
besar antara zat yang dimurnikan dan zat pengotornya atau zat
pengganggunya, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristalnya karena hal ini
akan berpengaruh pada perhitungan kadar zat tersebut, karena yang dihitung pada
kadar adalah hanya zat murninya saja. (Rositawati, 2013).
Terdapat berbagai jenis cara pemurnian zat
padat.Tetapi, pemurnian zat padat yang paling
sering digunakan adalah cara rekristalisasi. Rekristalisasi adalah cara
kristalisasi yang selektif oleh suatu senyawa yang suatu campuran atau zat
padat. Cara yang digunakan adalah melarutkannya dalam satu pelarut yang sesuai
dengan titik didihnya, lalu dilanjutkan dengan penyaringan atau filtrasi ketika
larutan tersebut masih panas agar dapat memisahkan zat padat tersuspensi
/ zat yang tak larut didalam larutan tersebut (Tim Kimia Organik, 2020)
Untuk menghitung kadar
suatu zat pada umumnya harus melakukan pemurnian terlebih dahulu, agar zat
pengotor yang terdapat pada zat tersebut tidak ikut terhitung. Pemurnian
membutuhkan pendekatan dan teknik yang khusus. Pendekatan yang sering dilakukan
adalah dengan cara mengenal kemudian mengidentifikasi zat padat tersebut, lalu
melakukan pemurnian serta mengidentifikasi sifat fisika dan sifat kimia dari
zat tersebut (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/).
Ada beberapa efek yang ditimbulkan
dari laju pembentukan, salah satunya adalah jika laju pembentukan intinya
tinggi maka akan semakin banyak kristal yang terbentuk. Namun, tidak ada satupun yang akan tumbuh
atau hidup terlalu besar, oleh karena itu akan terbentuk endapan-endapan yang partikel
kecil. Laju pembentukan inti berkaitan dengan derajat lewat jenuh dari larutan.
Hal ini dapat lihat jika semakin tinggi
atau semakin besar derajat lewat jenuh suatu larutan, maka semakin besar
kemungkinannya untuk membentuk inti baru, oleh karena itu maka semakin besar
laju pembentukan inti. (Svehla, 2012).
Proses didapatkannya garam adalah
saat air laut diuapkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari maka akan menghasilkan kristal
garam, yang biasa kita sebut dengan sebutan garam krosok. Garam dapur yang
belum melakukan peurnian akan banyak terkandung didalamnya zat-zat pengotor,
seperti Ca2+, Mg2+, Al3+, SO4 2-,
Fe3+, I -, Br -. Kualitas garam
dapur dapat kita tingkatkan yaitu dengan cara melakukan kristalisasi
bertingkat, rekristalisasi, dan pencucian garam tersebut (Sulistyaningsih,
2015).
V. Alat
dan Bahan
5.1 Alat
1. Gelas Kimia
2. Corong Bunchner
3. Kaki Tiga
4. Kasa
5. Bunsen
6. Cawan Penguap
7. Kertas Saring
8. Gelas Wool/kapas
5.2 Bahan
1. Air Suling
2. Asam Benzoat
3. Es Batu
4. Naftalen
VI. Prosedur Kerja
6.1 Percobaan Rekristalisasi
1. Dituangkan 50ml air suling kedalam gelas kimia 100ml dan
dipanaskan hingga timbul gelembung-gelembung.
2. Dimasukkan 0,5 gram asam benzoat tercemar kedalam gelas
kimia 100ml yang lain dan ditambahkan air panas tersebut sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga larut semua.
3. Disaring dengan menggunakan corong buchner campuran
tersebut dalam keadaan panas dan tampung filtratnya dalam gelas kimia. Disiram
endapan yang tertinggal dengan air panas. Lalu dijenuhkan dan
didinginkan hingga terbentuk kristal. Apabila pada pendinginan tidak terbentuk
kristal, didinginkan dalam es.
4. Disaring kristal yang terbentuk dengan corong buchner dan
dikeringkan.
5. Diuji titik leleh dan bentuk kristalnya,
dibandingkan dengan data yang ada dalam hand book.
6.2 Sublimasi
1. Dimasukkan 1-2 gram naftalen tercemari kedalam cawan
penguap
2. Ditutup permukaan cawan penguap dengan kertas saring yang
telah dibuat lobang-lobang kecil.
3. Disumbat corong dengan gelas wool atau kapas seperti pada
gambar
4. Diletakkan cawan tersebut diatas kasa dari pembakar,
dinyalakan api dan dipanaskan dengan nyala api kecil
5. Dihentikan pembakaran setelah semua zat yang akan
disublimasikan habis (lebih kurang 5 menit)
6. Dikumpulkan zat yang ada pada kertas saring dan corong
bila ada, diuji titik leleh dan bentuk kristalnya, dicocokan dengan data hand
book
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana cara menentukan titik
leleh suatu zat, bisa di klik link berikut :
Permasalahan :
1.
Mengapa
ketika es batu yang diletakkan diatas kaca arloji langsung menghilang tanpa
mencair terlebih dahulu?
2. Pada video tersebut kenapa harus menggunakan air
mendidih pada saat melarutkan benzoat?
3. Mengapa
pada percobaan sublimasi tidak diletakkan es batu diatas kaca arloji yang
menutupi gelas kimia ketika proses pemanasan?
Assalamualaikum... Saya M.Riyo Agung Kurnia. NIM A1C118011 saya akan menjawab pertanyaan no 2. Menurut saya mengapa digunakan air panas untuk melarutkan benzoat, sebab asam benzoat lebih mudah larut dalam air panas. Pada temperatur yang tinggi, zat terlarut akan memiliki kelarutan yang besar dalam pelarut sehingga ia lebih mudah untuk melarut.
BalasHapusAssalamualaikum, saya Diana Sari (096) akan mencoba menjawab pertanyaan no 3. dari vidio yang saya lihat es batu diletakkan diatas kaca arloji dan menutupi gelas kimia yang sedang dipanaskan, hal ini dikarenakan agar kalor yang keluar pada saat penyubliman dapat ditangkap oleh es batu yang ada diatas. Terimakasih..
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
BalasHapusPerkenalkan nama saya Adriyan Wijaya putra
NIM A1C118035
Saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor satu
Menurut saya alasan kenapa es batu tidak meleleh karena disini es batu bukan mengalami pemanasan melainkan terjadi nya perubahan fasa dari padat gas akibat uap yang di dari pemanasan kabur barus dan pasir atau mengalami proses menyumblim.
Sekian semoga membantu terima kasih