JURNAL 1 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I


LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I




DISUSUN OLEH:

VALEN DWI PUTRI
 (A1C118050)

DOSEN PENGAMPU

Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI  

2020



PERCOBAAN 1

 I.   Judul                      : Analisa kualitatif unsur-unsur zat organik dan penentuan kelas kelarutan
II.  Hari, tanggal           : Rabu, 29 Januari 2020
III. Tujuan                    : Tujuan dari praktikum ini adalah :
                          1.    Dapat memahami prinsip dasar dalam analisa kualitatif dalam kimia 
                               organik.
2.  Dapat memahami tahapan kerja analisa yang di mulai dengan unsur karbon, hydrogen, belerang, nitrogen, halogen dalam suatu senyawa organik dan penentuan kelas kelarutaanya.
3.    Dapat mencoba beberapa senyawa unknown untuk dianalisa.

IV. LANDASAN TEORI

Senyawa organik adalah golongan utama senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. diantara senyawa organik seperti Protein, lemak, dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia (wawan, 2013:332).

Semua senyawa organik mempunyai sifat kelarutan yang khas, termasuk jenis pelarutan dan jumlah kelarutanya. sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis. Sistematik klasifikasi kelarutan yang dibuat dalam bentuk kelas dan jenis pelarutanya (Tim Kimia Organik I, 2016:5-6).

     Analisis unsur senyawa organik dilakukan sebagai berikut : sejumlah massa tertentu diambil sampel dan dibakar akan menghasilkan CO2 dan H2O dijebak dengan obsosben yang tepat dan peningkatan massa ansosben diakibatkan oleh CO2 dan H2O yang diserap. dari hasil ini, jumlah  karbon dan hidrogen dalam sampel dapat ditentukan metode pembakaran. Metode ini telah di gunakan oleh lavollier dan secara signifikan disempurnakan oleh lelbig. Metode modern kromatografi gas dapat menentukan jumlah karbon (C) atau karbon dioksida (CO2) dan air (Yoshito, 2010 : 146).

Zat-zat organik dan unsur-unsur sangat berperan penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup dapat ditentukan oleh kebermacaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu, identifikasi kandungan unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa-senyawa penyusunnya. (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).

Menurut Pine (2011:87), pendeteksian keberadaan unsur belerang, nitrogen dan halogen. dapat dilakukan dengan cara senyawa sampel ditambahkan dengan padatan logam natrium yang kemudian di panaskan yang kemudian menjadi ekstrak natrium. Dan prinsip kerja dari identifikasi ini adalah mengubah unsur-unsur yang berkaitan secara kovalen dalam zat organik menjadi garam natrium yang bersifar lonik. Nitrogen dengan adanya karbon diubah menjadi ion sulfida (S2) dan halogen diubah menjadi ion halida (X). Dalam mendeteksi keberadaan belerang, ekstrak natrium diasamkan kemudian dideteksi dengan menggunakan Kertas saring yang telah dicelupkan dalam larutan Pb-asetat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

     


V.
ALAT DAN BAHAN
5.1 ALAT
·                     Cawan Porselin
·                     Bunsen
·                     Tabung Reaksi
·                     Pipa Pengalir Gas
·                     Kawat
·                     Gelas Kimia
·                     Keping Asbes
·                     Pipet Tetes
·                      Tabung Reaksi Kecil (50x8 mm) 
·                     Kertas Saring Basah
5.2  BAHAN
·                     1-2 gr Serbuk CuO Kering
·                     Larutan Ca(OH)2
·                     CCl4
·                     CaO
·                     Air Suling
·                     AgNO3
·                     Sebiji Logam Na
·                     Asam Asetat
·                     Pb Asetat 10%
·                     Na Nitroposida
·                     FeSO4
·                     FeCl3
·                     KF 10%
·                     NaOH
·                     H2SO4
·                     HNO3
·                     HCN/H2S
·                     Eter
·                     NaHCO3
·                     HCl

VI. PROSEDUR KERJA
6.1 Analisa Unsur
6.1.1 Karbon dan Hidrogen
1. Ditempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering dalam cawan porselin.
2. Dikeringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen.
3. Dicampurkan  CuO hangat dengan sejumlah gula (lebih kurang 1/10 jumlah CuO).
4. Dipindahkan ke dalam tabung reaksi pyrex dengan dilengkapi sumbat dan pipa pengalir gas. 
5. Disusun tabung pengalir gas, agar gas yang mengalir bisa masuk ke dalam tabung yang berisi 10        mL larutan Ca(OH)2
6. Dipanaskan dan diamati air yang mengembun didalam tabung reaksi. 
6.1.2 Halogen      
A. Tes Beilstein
1. Dipanaskan kawat tembaga sampai kemerah-merahan.
2. Didinginkan.
3. Ditetesi kawat dengan 2 tetes CCl4.
4. Dipijarkan kembali lalu diamati warna nyala.
B. Tes CaO
1. Dipanaskan CaO bebas halogen kedalam tabung reaksi besar sampai suhu tinggi.
2. Ditambahkan 2 tetes CCl4 ketika masih panas.
3. Setelah dingin, di didihkan 5-10 mL air suling.
4. Dituangkan kedalam gelas kimia 100 mL dan larutan HNO3 encer didalamnya (1 vol HNO3 pekat  dalam 1 vol air suling).
5. Jika tidak didapat larutan jernih, disaring dengan kertas saring biasa.
6. Ditambahkan 2-3 mL larutan AgNO3 encer (5-10%).
7. Diamati yang terjadi.
6.1.3 Metode Leburan dengan Natrium
1. Ditempatkan tabung reaksi kecil (50 x 8 mm) dalam lubang kecil pada asbes sebagai pemegang.
2. Dimasukkan sebiji logam Na.
3. Dipanaskan hati-hati sampai meleleh dan uap Na bagian bawah tabung.
4. Dihentikan nyala api.
5. Ditambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung Halogen, S dan N secepatnya.
6. Dipijarkan kembali tabung sampai membara (usahakan zat didalam tabung tidak terbakar).
7. Dimasukkan tabung yang masih membara kedalam gelas kimia 100 mL yang berisi 15 mL air              suling.
8. Tabung akan segera pecah dan sedikit Na akan bereaksi dengan air.    
9. Dihancurkan bagian sisa tabung dalam gelas kimia ketika reaksi sudah tenang
    kembali.
10.Dididihkan diatas api.
11.Disaring dengan kertas saring biasa lalu gunakan larutan Lassaigne.
    a) Belerang
1. Diasamkan 3 mL Larutan L dengan asam asetat.
2. Dididihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basah yang sudah ditetesi Pb-        asetat 10%.
3. Diamati apa yang terjadi.
4. Pada Larutan L lainnya ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida.
5. Diamati warna larutan yang terjadi.
    b) Nitrogen
1. Dimasukkan 3 mL Larutan L kedalam gelas kimia.
2. Ditambahkan 5 tetes larutan FeSO4 yang baru, 1 tetes larutan FeCl3 dan 5 tetes larutan KF 10%.
3. Ditambahkan lebih kurang 1-2 mL larutan NaOH 10% sampai bersifat basa.
4. Dididihkan.
5. Jika belerang tidak ada, Didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat encer (20-25%).
6. Jika belerang ada, Ditambahkan pada Larutan L, 5 mL tetes FeSO4 yang masih baru, 1-2 mL larutan NaOH 105 sampai basa. Dipanaskan sampai mendidih. Disaring endapan FeS. Diasamkan    dengan larutan H2SO4 encer (10-20%). Ditambahkan 5 tetes larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan endapan biru.
     c) Halogen
1.  Diasamkan 3 mL Larutan L.
2.  Ditambahkan larutan HNO3 encer (1 vol HNO3 pekat dalam 1 vol air).
3.  Jika N dan S ada, di didihkan hati-hati 5-10 menit untuk menghilangkan HCN atau H2S yang             mungkin terbentuk.
4.  Ditambahkan 5 mL larutan AgNO3 encer (5-10%).
5.  Dilanjutkan pendidihan beberapa menit.

6.2 Penentuan Kelas Kelarutan
6.2.1 Kelarutan dalam air
1.   Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam tabung reaksi besar.
2.   Ditambahkan 3 mL air suling.
3.   Dikocok kuat-kuat.
4.   Bila hasil kelarutan (+) lakukan tes kelarutan dalam eter.
5.   Bila hasil kelarutan (-) lanjutkan tes dengan pelarut lainnya.
6.2.2 Kelarutan dalam eter
1.   Dilakukan hal yang sama dengan percobaan 6.2.1 dengan menambahkan 3 mL pelarut eter.
2.   Bila hasilnya jernih artinya (+) larut dalam eter dan sebaliknya.
6.2.3 Kelarutan dalam NaOH 5%
1.   Dilakukan hal yang sama dengan percobaan 6.2.1 dengan menambahkan 3 mL NaOH 5%.
2.   Bila jernih berarti (+) dan Bila keruh berarti (-).
3.   Jika terjadi keraguan, disaring campuran tadi dan filtratnya dinetralkan dengan HCl encer.
4.   Jika keruh (+), maka lanjutkan dengan NaHCO3.
6.2.4 Kelarutan dalam NaHCO3
1.  Dilakukan hal yang sama dengan percobaan 6.2.1 dengan menambahkan 3 mL larutan NaHCO3 5%.
2.  Bila timbul gas CO2 hasilnya (+) dan sebaliknya.
6.2.5 Kelarutan dalam HCl
1.  Dilakukan hal yang sama dengan percobaan 6.2.1 ditambahkan HCl 5%.
2.  Dikocok dan diamati.
3.  Bila jernih (+).
4.  Jika meragukan campuran tersebut disaring dan filtratnya dinetralkan dengan larutan NaOH encer.
5.  Bila larutan menjadi keruh hasilnya (+).
6.2.6 Kelarutan dalam H2SO4
1.  Dilakukan hal yang sama dengan percobaan 6.2.1 ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat.
2.  Dikocok dengan hati-hati.
3.  Bila jernih atau timbul panas atau perubahan warna (+).
6.2.7 Kelarutan dalam H3PO4 pekat
1.  Dilakukan hal yang sama dengan percobaan 6.2.1 dengan menambahkan asam sulfat pekat.
2.  Jika jernih artinya (+).
3.  Dibuat tabel atau diagram hasil pengamatan kelarutan dan ambil

Untuk mengetahui lebih lanjut materi praktikum judul ini, mari simak video yang terdapat dalam link dibawah ini:
Selamat menyaksikan video ini:)


Dari video tersebut
terdapat beberapa permasalahan yaitu:
     1. Mengapa tabung reaksi pertama berisi campuran CuO, gula pasir pada saat pengujian unsur C dan apa hasil warna dari tabung reaksi pertama itu dipanaskan?
  
     2. Apa yang terjadi pada tabung reaksi yang berisi 10 ml Ca(OH)­2 pada unsur C setelah dicampurkan dengan tabung reaksi pertama, yang mana tabung reaksi pertama itu telah dipanaskan?


     3. Mengapa tabung reaksi yang berisikan urea dan 2 ml NaOH itu dipanaskan? dan aroma apa yang tercium setelah pemanasan antara urea dan 2ml NaOH? Jelaskan!






Komentar

  1. Assalamualaikum wr wb
    saya Rismayanti dengan Nim A1C118007.
    saya akan menjawab pertanyaan no 1.
    Jadi Mengapa dalam menguji unsur karbon komponen nya terdiri dari CuO dan gula pasir
    Karena jika campuran CuO dan gula pasir dipanaskan maka pada dinding tabung terbentuk lapisan tembaga dan gas yang dapat mengeruhkan air kapur. Hal ini menunjukkan reaksi yang terjadi menghasilkan gas karbon dioksida. CO2 terbentuk dari reaksi antara C sebagai sisa pembakaran gula pasir dengan CuO. Persamaan reaksinya:
    C(s) + CuO(s) → Cu(s) + CO2(g)
    CO2 yang terbentuk bereaksi dengan air kapur (Ca(OH)2) dengan reaksi:
    (g) + Ca(OH)2(s) → CaCO3(s) + H2O(l)
    Dan warna yang dihasilkan dari pengujian tersebut adalah warna hitam.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
    saya Ulul Azmi
    NIM : A1C118068
    Saya akan menjawab pertanyaan nomor 2.
    Apa yang terjadi pada tabung reaksi yang berisi 10 ml Ca(OH)­2 pada unsur C setelah dicampurkan dengan tabung reaksi pertama, yang mana tabung reaksi pertama itu telah dipanaskan? yang terjadi pada tabung reaksi tersebut setelah dipanaskan dan dicampurkan yaitu senyawa menjadi berwarna keruh, maka itu menandan bahwa senyawa yg dibakar itu adalah senyawa karbon.
    semoga jawaban saya membantu...

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Perkenalkan nama saya Adriyan Wijaya putra
    NIM A1C118035
    Saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 3.
    Menurut saya alasan perlu nya tabung reaksi dipanaskan adalah untuk dapat mendeteksi unsur nitrogen yang terdapat pada hasil campuran kedua senyawa tersebut yang mana pada video di dapat hasil dimana saat di panaskan tercium aroma pesing dan merupakan senyawa basa atau terdapat nitrogen karena saat di uji dengan kertas lakmus dia berwarna biru. Mungkin sekian.. Semoga dapat membantu menjawab permasalahan yang ada
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERCOBAAN 7 "PEMBUATAN SIKLOHEKSANON"

LAPORAN 4 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 1 "REAKSI-REAKSI HIDROKARBON"

JURNAL 6 "REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL"